MENILIK FENOMENA #KABURAJADULU DARI KACAMATA GEN Z

Tagar #KaburAjaDulu menjadi viral sejak Januari kemarin di aplikasi X (dulunya adalah Twitter). Tagar tersebut merupakan respon kekecewaan masyarakat, khususnya di kalangan gen Z terkait 100 hari kinerja pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Gibran.
Dikutip dari laporan Drone Emprit, sejak 1 September 2023 - 8 Februari 2025, tagar #KaburAjaDulu kebanyakan diramaikan oleh generasi muda. Sekitar 50,81% adalah milenial dan gen Z(19-29 tahun), sedangkan 38,1% kurang dari 18 tahun.
Sejak September 2023, tagar ini sebenarnya sudah digaung-gaungkan untuk “merayu” warga negara Indonesia (WNI) untuk ikut kabur ke luar negeri demi kehidupan yang lebih baik. Namun, seiring berjalannya rezim Prabowo-Gibran, banyak terjadi persoalan yang tentu merugikan kita sebagai masyarakat sipil.
Bermula dari program MBG yang tidak tepat dalam memenuhi standar makanan bergizi, kelangkaan gas melon, efisiensi anggaran di beberapa kementerian yang mengakibatkan PHK massal, dan kemarin (26/2/25) muncul lagi persoalan baru, yaitu Pertamax oplos. Tentunya, masih banyak persoalan-persoalan yang terjadi dari tiap rezim, seperti masalah korupsi yang makin lama makin terkuak semuanya.
Ketika harapan masyarakat tidak bisa dipenuhi oleh pemerintah dan segala kontroversi yang terjadi di Indonesia, apakah #KaburAjaDulu menjadi jawaban? Bahkan Bahlil Dahalia sempat mengomentari terkait ini, “Nah, kalau temen-temen berpikir untuk pindah ke luar negeri, apa saya malah meragukan nasionalisme kalian. Kita merebut kemerdekaan ini lewat perjuangan.”
Di sisi lain, Mahfud MD menilai kemunculan tagar #KaburAjaDulu sangat wajar sebab masyarakat secara terus-menerus mendapat ketidakadilan di tanah air tercinta. “Rasa cinta tanah air bisa luntur bila negara sendiri tumbuh kesewenang-wenangan, ketidakadilan, dan lemahnya perlindungan HAM,” tuturnya.
Menyikapi hal itu, apakah seseorang yang akhirnya fear of missing out (FOMO) untuk #KaburAjaDulu lantas menjadikan orang itu tidak nasionalis? Dilansir dari kutipan Anies Baswedan di X, Anies juga merespon, “Jangan lupa, makin banyak orang Indonesia yang berkiprah di luar negeri, semakin kuat posisi bangsa kita di dunia. Kita tak menjadi sekadar individu-individu yang terberai, tapi menjadi bagian dari ekosistem yang saling menguatkan, tenun yang saling menjalin, tiang yang saling menopang. Maka, mari saling dukung. Bukan hanya bagi orang Indonesia yang ingin meniti jalan di luar, tapi juga sesama diaspora yang sudah lebih dulu di sana. Di dunia yang luas ini, jaringan lebih berharga daripada persaingan, dan solidaritas justru bisa membantu tercapainya ambisi-ambisi pribadi," tungkasnya.
Sebab, dengan meninggalkan Indonesia demi meniti kehidupan yang lebih baik bukan berarti tidak nasionalis, seharusnya ini menjadi tamparan keras terhadap pemerintah, khususnya di rezim saat ini untuk berhenti bertindak sewenang-wenang dan mulai memberikan jawaban atas segala permasalahan yang terjadi di Indonesia.
Penulis: Ash Lynx
MUNGKIN KAMU SUKA
"PERJALANAN YANG MENAKJUBKAN", DIES NATALIS HIMAP KE-34
Bertepatan pada 10 Agustus 2023, menjadi hari istimewa bagi Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik (HIMAP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako…
HARI HAM 2024: SAATNYA INDONESIA TUNTAS MENUNTUT KEADILAN DAN MEMPERBAIKI REKAM JEJAK PELANGGARAN
Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang diperingati setiap 10 Desember seharusnya bukan sekadar seremoni atau rutinitas tahunan yang lewat begitu saja. Ini adalah momen yang…
HIMAP Menggelar Acara Diskusi Umum Bertema "Isu Lingkungan Dan Perempuan Serta Permasalahan Kebijakannya"
Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik (HIMAP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako (UNTAD)…