JEJAK LANGKAH IBU DI BALIK PENA

LPM NASIONAL FISIP - UMUM • CERPEN
JEJAK LANGKAH IBU DI BALIK PENA

Tahun 1965, bayangan peristiwa G30S/PKI masih menggelayut di udara Jakarta yang pengap. Di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, Sri Lestari, seorang janda muda yang juga wartawan harian Suara Merdeka mengulurkan tangannya yang lelah, menyentuh pipi Rara (7) dan Bayu (5). Mata Sri berkaca-kaca, bukan karena kesedihan semata, melainkan karena lelah yang mencengkeram jiwanya. Lelah seorang ibu tunggal yang berjuang sendirian.

 

Suaminya, Kapten Aditya, hilang tanpa jejak setelah peristiwa berdarah itu. Hanya sebuah telegram dingin yang memberitakan gugurnya Aditya dalam tugas, tanpa jenazah dan tanpa penjelasan. Hanya kesunyian dan pertanyaan yang menggantung, mencabik hati Sri. Namun, Sri bukan wanita lemah. Ia wartawan, terbiasa bergulat dengan kata-kata dan kenyataan pahit. Ia harus kuat untuk Rara dan Bayu. Ia harus menjadi ayah dan ibu sekaligus.

 

Setiap hari sebelum fajar menyingsing, Sri sudah bangun untuk memasak, menyiapkan bekal, lalu bergegas pergi ke kantor. Lanjutnya, ia langsung menulis berita sebab telah dikejar deadline, bergelut dengan mesin tik tua yang sering macet. Semua dilakukannya dengan tekad yang membara, diiringi doa-doa lirih untuk keselamatan anak-anaknya. Sore hari, kelelahannya sirna begitu melihat senyum Rara dan Bayu.  Membacakan dongeng, membantu mereka mengerjakan PR dan berbagi ceritanya di kantor.  Ia mengajarkan mereka kejujuran, keberanian, dan pentingnya mencari kebenaran–nilai-nilai yang ia pegang teguh sebagai wartawan dan sebagai seorang Ibu.

 

Bertahun-tahun berlalu. Rara dan Bayu tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan tangguh berkat kasih sayang dan didikan Sri. Ia tak pernah melupakan Aditya. Secercah harapan tetap menyala di hatinya, bahwa suatu hari, ia akan menemukan kebenaran tentang hilangnya sang suami. Harapan itu membawanya pada sebuah penugasan di sebuah desa terpencil. Di sana, ia bertemu seorang mantan tahanan politik yang menceritakan tentang sebuah kamp konsentrasi rahasia. Cerita itu menyentuh sesuatu di dalam hati Sri, sebuah firasat yang menggigit. Detail-detail yang diceritakan mengingatkannya pada beberapa informasi samar tentang hilangnya Aditya.

 
Dengan hati berdebar, Sri memulai investigasi. Ia menelusuri arsip-arsip lama, melakukan wawancara dengan hati-hati, menghadapi berbagai rintangan dan tekanan. Ia berjuang melawan waktu, melawan ketakutan, didorong oleh tekad mencari kebenaran untuk menemukan Aditya. Setelah berbulan-bulan berjuang, Sri menemukannya. Bukti-bukti kuat mengungkap bahwa Aditya bukan gugur dalam tugas, melainkan dibunuh di kamp konsentrasi rahasia itu. Sebuah kalung yang dikenali Rara dan Bayu sebagai milik ayah mereka menjadi bukti kunci.

 

Sri menulis laporan investigasi yang panjang dan detail, mengungkap kekejaman yang terjadi di masa lalu.  Laporan itu mengguncang masyarakat, memicu perdebatan panjang. Ancaman datang silih berganti. Namun, Sri tetap teguh pada pendiriannya. Ia telah menemukan kebenaran dan ia akan membagi kebenaran itu kepada dunia.

 

Sri Lestari, seorang ibu tunggal yang berjuang di balik pena, telah menorehkan jejak langkahnya dalam sejarah. Jejak seorang ibu yang tak pernah lelah mencari kebenaran, dan mengajarkan anak-anaknya untuk melakukan hal yang sama. Jejak langkah yang akan selalu diingat.

 

Penulis: 나는 작가이다

LPM NASIONAL FISIP - UMUM • CERPEN Minggu, 22 Des 2024 - 7:29 pm

MUNGKIN KAMU SUKA

Dinilai Memberatkan, Aliansi Mahasiswa Untad Turun Menolak Kebijakan Wajib Tes Kesehatan

Aksi demonstrasi aliansi mahasiswa Universitas Tadulako (Untad) dalam menolak regulasi tes kesehatan mahasiswa baru Untad, bersama dimulai dari depan pintu gerbang Universitas Tadulako…

LPM NASIONAL FISIP 1 tahun yang lalu
Aksi Kamisan Palu Gelar Diskusi Pemilu 2024: Menguak Peran Mahasiswa Dalam Mempertahankan HAM

LPM NASIONAL –  Rabu, 6 Desember 2023, Aksi Kamisan Palu mengadakan diskusi umum bertajuk "Pemilu 2024 Apakah Menyelesaikan HAM" di Sekretariat Himpunan Mahasiswa Administrasi Publik…

LPM NASIONAL FISIP 1 tahun yang lalu
KETIKA BUMI HANYA SEBUAH TITIK: KISAH DARI PALE BLUE DOT

LPM NASIONAL FISIP 4 bulan yang lalu