SIKAP MAHASISWA PADA 15 HARI MENJELANG PEMILU 2024

LPM NASIONAL FISIP - UMUM • OPINI
SIKAP MAHASISWA PADA 15 HARI MENJELANG PEMILU 2024

[LPM NASIONAL] - Pemilihan Umum atau Pemilu merupakan sebuah pesta demokrasi yang menentukan nasib rakyat Indonesia selama 5 tahun ke depan. Menjelang pemilu, mahasiswa menjadi salah satu kelompok strategis bagi para calon legislatif maupun pihak-pihak yang menjadi kaki tangan para calon presiden dalam memenangkan Pemilu, karena merupakan salah satu dari usia penyumbang suara terbanyak. Dilihat dari Data Pemilih Tetap (DPT) yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), mayoritas Pemilu 2024 didominasi generasi milennial sebanyak 33,60% dan generasi Z sebanyak 22,85%, berarti terdapat 56,45% dari total keseluruhan pemilih. Mayoritas mahasiswa pada Pemilu tahun 2024 merupakan generasi Z yang lahir pada tahun 1995 hingga tahun 2010.

Jumlah Pemilih Pemilu 2024 Berdasarkan Kelompok Usianya Sumber: Republika.co.id

Opini lainnya: ISI HATI RAKYAT UNTUK PENGUASA SERAKAH

Namun, mahasiswa yang dikenal sebagai kaum intelegensi dan pembawa perubahan sesungguhnya tidak boleh tergoda dan ditunggangi oleh kepentingan suatu pihak. Suara yang keluar dari mahasiswa haruslah murni suara yang benar dari sebuah kebenaran, bukan suara yang telah tunggangi atas kepentingan dari sebuah pihak atau suatu individu. Pada masa-masa seperti inilah, sikap kritis seorang mahasiswa diuji. Sebagaimana yang dikatakan oleh presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid, dalam buku biografi beliau yang berjudul "Peci Miring".

"Mahasiswa harus berpikir kritis dan peduli pada perkembangan suhu politik Tanah Air," dikutip dari buku Peci Miring.

Atharik sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP UNTAD, menanggapi jumlah DPT yang di mana mahasiswa menjadi salah satu kaum mayoritas pemilih dalam pemilu, menyampaikan agar mahasiswa tidak terjebak dalam money politik.

"Kita sebagai mahasiswa jangan sampai arah berpikirnya kita untuk menuju suatu kebenaran, untuk memakmurkan masyarakat, memakmurkan warga-warga yang ada di Indonesia ini sampai berbelok dikarenakan dengan money politik. Maka dari itu, ketika kita mengetahui bahwa mayoritas pemilu adalah seorang mahasiswa maka hati-hati ketika memilih. Kita harus membedah, kita harus mengkaji siapa yang layak memimpin Indonesia ini. Maka dari itu, kita sebagai seorang mahasiswa jangan sampai kita lalai, jangan sampai kita terjebak dalam namanya money politik," ungkap Atharik.

Dia juga menambahkan agar mewaspadai sikap-sikap mahasiswa yang dapat mencoreng nama baik mahasiswa.

"Banyak mahasiswa yang ada di Indonesia, tapi tidak sebagian besar mahasiswa itu bisa berpikir jernih dan sebagian besar mahasiswa itu yang bisa berpikir benar mengkaji suatu hal. Maka hal itu yang menjadi kewaspadaan kita, itu yang akan mencoreng nama baik seorang mahasiswa. Maka dari itu, ketika kita sadar dengan perannya kita, maka jangan sampai kita hanya berdiam diri. Jangan sampai kawan-kawannya kita, seorang mahasiswa itu dapat dipengaruhi orang lain, maka kewajibannya kita itu selalu mengingatkan, mengajak ke hal-hal yang baik, maka jangan sampai kita bersifat apatis dengan hal ini," ujar Atharik menambahkan.

Setidaknya terdapat 5 golongan mahasiswa yang dapat diklasifikasikan saat menjelang pemilu. Pertama, mahasiswa yang mengetahui dirinya sedang dipengaruhi oleh para calon, tapi justru mengambil kesempatan itu dengan mengharapkan materi dan pamor di hadapan sang calon.

Kedua, golongan mahasiswa yang sama sekali tidak tahu bahwa dirinya sedang ditunggangi atau dipengaruhi oleh sang calon, dikarenakan belum begitu memahami dan menganggap kepentingan penguasa sebuah hal yang wajar, padahal secara tidak langsung mereka sudah digiring untuk mempercayai hal tersebut.

Golongan ketiga adalah mahasiswa yang berpura-pura tidak tahu bahwa dirinya sedang ditunggangi, sebab tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengungkapkan sebuah kebenaran karena merasa tidak cukup berpengaruh atau merasa segan kepada sang calon yang dari kalangan keluarga.

Keempat, golongan mahasiswa yang sadar dirinya sedang ditunggangi atau dipengaruhi tapi berani menolak dan tetap pada sikap kritisnya dalam memilih yang benar berdasarkan kebenaran, bukan berdasarkan kepentingan sebuah pihak atau individu.

Kelima, golongan mahasiswa yang apatis terhadap politik, tidak mau melibatkan dirinya dalam pemilu dan tidak menggunakan suaranya dengan dalih takut salah pilih atau tidak peduli dengan siapapun yang terpilih, karena tidak membawa pengaruh di hidupnya.

Terlepas dari semua klasifikasi golongan-golongan mahasiswa menjelang pemilu, penulis terinspirasi dengan mimpi seorang demonstran yang penuh dengan idealisme.

"Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi 'manusia-manusia yang biasa'. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia. " - Soe Hok Gie.

 

Opini lainnya: PILPRES TAIWAN DAN TANTANGAN INDONESIA

Penulis: Mahdya

Editor: Rini dan Abay

LPM NASIONAL FISIP - UMUM • OPINI Selasa, 30 Jan 2024 - 9:47 pm

MUNGKIN KAMU SUKA

KISAH YANG KELAM TERULANG KEMBALI

Dahulu sekali, aku memiliki sebuah mimpi. Mimpi itu sederhana, yaitu bersekolah hingga S1. Ku jalani cerita di masa sekolahku, mulai dari TK ke SD, SMP…

LPM NASIONAL FISIP 3 bulan yang lalu
AKSI 'BULLYING' TIDAK MENANDAKAN SESEORANG ITU HEBAT

[LPM NASIONAL] Di kampus yang tenang, terselip cerita tak terungkap. Di tengahnya, seorang mahasiswa bernama Arief, ia juga seorang wartawan bersemangat, merasa terpanggil…

LPM NASIONAL FISIP 6 bulan yang lalu
Sahur Pertama Tanpa Ibu

Dalam perjalanan menuju dewasa, ada saja keadaan yang harus diterima meskipun sama sekali tidak diinginkan. Apalagi untuk pendidikan, ada banyak hal yang terpaksa harus dikorbankan.…

LPM NASIONAL FISIP 2 tahun yang lalu